Tidak ada yang menyenangkan dalam proses putus cinta. Namun, bukankah bahagia atau tidak adalah perkara pola pikir? Sebagai bentuk penghiburan bagi hati yang luka, bagaimana kalau kami bilang bahwa putus cinta ternyata juga membawa manfaat bagi penulis?
Ini dia beberapa manfaat putus cinta bagi penulis.
1. Menjadikan kita produktif dan lebih punya banyak waktu luang
Sekali lagi, ini tergantung 'mindset'-mu. Namun kalau kamu mencintai proses menulis lebih dari apapun, percayalah, putus cinta akan membuatmu mampu menulis banyak hal.
Hari-hari yang sebelumnya diisi dengan aktivitas berduaan, pergi ke taman, pergi ke museum, menonton film terbaru, dan lain sebagainya, mau tidak mau akan menjadi kosong. Nah! Hari-hari kosong ini bisa dimanfaatkan untuk berkarya.
2. Memotivasi
Kamu tentunya tak sudi bukan melihat mantan lelaki atau wanitamu lebih sukses dengan pasangan barunya? Itu akan sangat melukai harga dirimu. Jadi, sebagai penulis, sedetik setelah dia memutuskan untuk pergi dari hidupmu, mulailah hidup yang lebih baik.
Menulislah yang lebih banyak: fiksi, non-fiksi, tulisan kopi, dan lain sebagainya. Jadilah penulis yang produktif, dibutuhkan banyak orang, dan mungkin juga terkenal. Media untuk mewujudkan mimpimu sudah banyak di era modern ini.
3. Melahirkan karya yang dalam
Sokrates pernah mencetuskan sebuah kalimat menyebalkan, tetapi mungkin benar: 'Jika kamu menikahi perempuan yang baik maka hidupmu akan bahagia, tapi jika kamu menikahi perempuan brengsek, setidaknya kau akan jadi filsuf'.
Oh, tentu kata 'perempuan' dapat kamu ganti dengan 'lelaki'. Maksudnya seperti ini: kalau kekasihmu brengsek, kamu akan menghibur diri dengan banyak berkontemplasi. Kontemplasi itu melahirkan banyak ide brilian. Terutama apabila kamu baru saja disakiti. Wah, bukankah kamu akan melahirkan karya yang amat jujur, dalam, berasal dari kebencian paling perih dari dirimu?
Begitulah.
Dalam setiap kebahagiaan, selalu ada pelajaran. Dan dalam setiap penderitaan, selalu ada peluang.
0 Comments